Friday, August 1, 2008 |
Sebuah Doa Dan Bingkisan Yang Ruwet |
sebenarnya sulit banget melacak darimana cerita ini sumbernya, dari hasil penelusuran di dunia cyber banyak yg memasukkan cerita ini dalam blog-blog mereka tanpa disertai sumber yg jelas. Untuk itu ini saya ambil dari Blog ini
Silakan tuk disimak, terima kasih.
Malam Jum’at di Masjid Rungkut Jaya. Suatu kali.
Beberapa ayat telah dikupas dari berbagai tafsir: Jalalain, Al-Mishbah, Al-Azhar, Adz-Dzikra, Fii Dzilalil Qur’an, dan beberapa tafsir berbahasa Jawa dan Inggris.
“Saya pernah berdoa yang tak biasa, Pak,” kata Bu Kus membuka sesi pertanyaan. “Apa itu, Bu Kus?” tanya Pak Suherman Rosyidi, Sang Ustadz.
“Suatu kali saya berdoa: Ya Allah, jadikan saya isteri yang selalu terlihat cantik di mata suami.” “Doa yang bagus, dong,” sergah Pak Ustadz, “lalu apa yang terjadi?”
“Ya, memang bagus, Pak Herman. Tetapi, esok harinya wajah saya mulai ditumbuhi jerawat yang saya tidak tahu darimana datangnya. Banyak. Beberapa hari kemudian malah memenuhi seluruh wajah. Saya jadi kebingungan. Akhirnya mau tidak mau saya harus menjalani perawatan kecantikan wajah ke sebuah salon kecantikan, suatu hal yang tidak pernah saya lakukan. Saya harus datang ke tempat itu untuk membersihkan jerawat di muka saya. Berkali-kali. Berhari-hari. Hasilnya tentu saja mengejutkan saya. Wajah saya menjadi lebih bersih dari semula. Lebih cantik.” “Berarti doa ibu dikabulkan sama Allah. Ya nggak?”
“Ya, sih Pak. Tetapi itu belum seberapa, Pak.” “Maksudnya gimana?”
“Saya juga pernah berdoa yang tak biasa, Pak. Doa yang lain.” “Apa itu?”
“Saya berdoa agar Allah menjadikan saya isteri yang setia pada suami.” “Doa yang bagus juga. Lalu apa yang terjadi, Bu?”
“Esok harinya, suami saya jatuh sakit. Tak bisa bangun. Ia harus dirawat di rumah sakit. Berhari-hari. Saya mau tak mau harus menungguinya selama terbaring itu. Saya bahkan sampai merasa itu semua seperti ujian bagi saya. Ujian terhadap kesetiaan saya, apakah saya tetap setia pada suami apa tidak. Saya seketika teringat akan doa yang pernah saya panjatkan sebelumnya.” “Berarti doa ibu dikabulkan sama Allah. Ya nggak?”
“Ya, sih, Pak.” “Lalu sekarang, pertanyaannya Ibu apa?”
“Bukan pertanyaan, Pak.” “Lalu apa?”
“Sekarang ini, saya justru merasa takut untuk berdoa. Gimana ini?”
*** “Apakah Tuhan memberikan apa yang engkau harap dengan mengantarkannya dalam bungkusan yang indah?” Neno Warisman pernah bertanya demikian pada sebuah acara di televisi, mengutip pernyataan seorang pakar yang aku lupa namanya.
“Tidak!” lanjut Neno. “Tuhan tidak mengantarkan apa yang engkau minta dalam sebuah bungkusan yang menarik lagi indah. Bahkan Ia mengantarkannya dalam bungkusan yang jelek, ruwet, carut-marut, dan kelihatannya sukar untuk dibuka.
Pertanyaannya adalah: mengapa?” “Itu tidak lain karena Ia ingin melihat bagaimana engkau membuka bungkusan itu dengan penuh kesabaran, telaten, bersusah-payah lapis demi lapis, sedikit demi sedikit, terus, terus, dan terus. Tak pernah berhenti apalagi berpaling. Hingga pada akhirnya bungkus terakhir terbuka dan engkau mendapatkan sesuatu yang engkau harapkan ada di dalamnya.”
Bukankah Allah pasti akan mengabulkan apa yang hamba-Nya pinta? Kuncinya kalau begitu adalah: jangan pernah berhenti memuja. Jangan pernah berhenti berharap.
Allah tidak tidur. Allah Maha Mengetahui. Allah Maha Mendengar. Dia Maha Rahman dan Maha Rahim.
Sungguh tak ada yang sepatutnya kita lakukan kecuali selalu berprasangka baik pada setiap pemberian-Nya. Entah nikmat, entah musibah. Karena musibah pun mungkin hanyalah bungkus belaka; yang selayaknya kita yakini bahwa itu semua hanya karena Ia ingin melihat kita membukanya dengan sepenuh cinta.
Sekedar mo nambahi saja
Dalam hidup ini sering kali kita merasa doa kita tidak terkabulkan, tetapi sebenarnya kita diuji tuk mendapatkan doa kita. Dan ujian itulah yang disebut dengan bingkisan yang ruwet, dan doa terkabul itulah kado kita. Tidak jarang juga kita lihat beberapa orang yg berdoa dan langsung dikabulkan. Sebenarnya bingkisan yang ruwet itu ibarat sebuah ujian yang akan Allah berikan disaat awal ataupun diakhir kado.
Justru yang paling sulit adalah ketika kado itu kita terima diawal, sedang bungkusannya dibelakang. Itu cobaan yang tanpa kita sadari akan menghancurkan kita sendiri jika kita tidak mensyukurinya, karena banyak hal yang terlena dengan diberikannya kado kita diawal. Kado diberikan diawal tuk membuktikan ketakwaan dan rasa syukur kita, dan jika kita tidak dapat mensyukurinya dan semakin tambah takwa kita suatu saat nanti kado yang kita dapatkan akan menjadi kehancuran bagi kita.
Semua itu berawal dari pengalaman pribadi dan hasil pengamatan terhadap sekelilingku. |
posted by Antony @ 9:09 AM |
|
|
|